Sejarah Penemuan Warna


WARNA
Gambar terkait

Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa berdiri sendiri. Penampilan suatu warna selalu dipengaruhi dan ditentukan oleh warna lain yang ada di sekitarnya. Warna juga merupakan tampilan fisik pertama yang sampai ke mata kita yang membedakan sesuatu dengan yang lain. Baik itu benda mati atau benda hidup. Warna bisa kita lihat karena ada interaksi atau karena ada saling mempengaruhi antar warna itu sendiri. Warna biru dengan kadar pencahayaan yang sama akan terlihat berbeda penampilannya bila diletakkan di atas latar yang berbeda atau didekatkan dengan warna yang berbeda pula.
Setiap warna menimbulkan kesan yang berbeda-beda, dengan memahami berbagai hal mengenai warna akan memudahkan kita untuk mendapatkan pandangan yang tepat mengenai tata warna itu sendiri. Sebab nuansa warna yang ditimbulkan oleh warna itu sendiri sangat banyak macamnya dan kesan yang ditimbulkanpun sangat beragam. Dari berbagai macam warna yang ada, sebagai warna yang paling dasar adalah merah, biru, dan kuning. Dari ketiga warna tersebut dapat dirubah menjadi beribu-ribu macam warna dengan mencampurkannya dalam perbandingan-perbandingan tertentu sesuai dengan macam warna yang diinginkan. Sebelum membahas mengenai pencampuran warna kami terlebih dahulu akan membahasan tentang definisi warna itu tersendiri.

Sejarah Warna
Pada awalnya percobaan warna ini dilakukan oleh Iscac Newton pada tahun 1660 dengan prisma kaca bahwa cahaya putih terdiri dari warna pelangi (warna spektrum). Hermann von Helmholzt dan James Clerk Maxwell, pada tahun 1790 mendasarkan warna pada cahaya matahari bertumpu pada hukum-hukum fisika. Pada tahun 1810 Johann Wolfgang von Goethe, penggolongan warna menjadi dua golongan warna utama yaitu kuning (berhubungan dengan kecerahan) dan biru (berhubungan dengan kegelapan).
            Michel Eugene Chevreul, pada tahun 1824, mencetuskan teori harmoni warna pada textile the law of simultaneous contrast of colour. Dia adalah seorang direktur utama perusahaan permadani di Prancis ini mengembangankan teori merah kuning biru.  Sir David Brewster (1831), mencetuskan teori tentang  meyederhanakan warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna yaitu primer, sekunder, tersier, dan netral. Dalam lingkaran warna Brewster dapat menjelaskan teori kontras warna (komplementer), spilt komplementer, triad, dan tetrad.
Ogden Rood (1879), mengembangkan teori ligkaran warnaberdasarkan warna merah hijau biru dan terdapat putih ditengahnya. Sedangkan pada tahun 1898, Albert H. Munsel mulai menggunakan sistemnya pada tahun 1898 dan menerbitkannya dalam a colour notation 1965, selain itu ia juga memakai rintisan warna yang dikemukakanoleh ahli fisika berupa lingkaran warna 3 dimensi (hue, value, crhoma).
Herbet E. Ives (1900),  mengemukakan tentang pencampuran warna, red = magenta+cyan, blue = magenta+turqouise. Hasilnya dalah lingkaran warna dengan warna primer magenta, cyan, yelow. Farber Biren (1934), ia adalah seorang ilmuan Amerika ini membuat percobaan sendiri dengan membuat bagan berdasarkan warna tradisional (merah, kuning, biru), selanjutnya ia membuat lingkaran warna yang pusatnya tidak di tengah karena menurutnya warna panas lebih dominan dari pada warna sejuk.
Pembagian Warna
Dalam pembagian warna yang kami bahas ini lebih mengacu pada teori Brewster, yaitu :
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah:
  1. Merah (seperti darah)
  2. Biru (seperti langit atau laut)
  3. Kuning (seperti kuning telur)
sumber:http://putrilupita.blogspot.co.id
  


0 komentar:

Posting Komentar

 
izzataniaulfn Blog Design by Ipietoon